Rabu, 03 November 2010

PUISI

KANDANG SUCI
Aku lebih senang mengatakan tempatku ini kandang suci
Tidak seperti kebanyakan orang yang lebih suka menyatakan penjara suci
Karena aku tak pernah merampok, korupsi dan memperkosa
Di sini, di tengah dan di sudut kandang, telur-telur berserakan
Serupa dalam warna putih
Dan aku sendiri termasuk di antara telur itu
Telur-telur diperam dengan kasih sayang sang induk
Kadangkala bulunya dikibas buat membersihkan
Bila bekas kakinya terinjak kotoran basah yang menempel di kulit kami
Telur-telur berlama hari terus dipantau
Disimpan di keteduhan harap bisa diharapkan
Induk berang bila terdapat tangan jahil ingin mengalihkan
Terkadang menyambar jika tetap tak tahan
Telur-telur itu tertata rapi dalam kandang yang terkubang
Wajah-wajah kulitnya putih natural tanpa tipuan
Para mahluk menggelayutkan harap
Kelak ketika menyembul dari tapaan berguna bagi sekeliling
Bisa dijadikan kiblat dan madzhab dalam bertingkah dan menyembah
Dan kini, di pucuk malam di sepuluh terakhir dari bulan suci ini, aku bertanya, ”Akankah telur-telur putih itu nanti menetas dengan berbulu putih-putih? Jika tidak, aku termasuk anak ayam berbulu putihkah atau hitamkah atau bahkan tidak berbulu apa-apa?”
Sejenak aku bermunajat, “Ya Tuhan, tetaskan aku, juga yang lain dengan membawa bulu sewarna kulit waktu diperam!”
Garahan, 03 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar